Blue Fire Pointer

Sabtu, 24 Mei 2014

Meena, Melawan Sistem Kasta Dengan Menulis






Sahabat marsinah tentu sebagian menggemari lagu dan film India, pun juga pasti suka dengan Bolliwood Hits yang menyuguhkan lagu-lagu India. Nah, Perempuan Pelita yang hadir tiap kamis jam 7-8 malam, kali ini menghadirkan perempuan India yang aktif di dunia sastra sekaligus aktivis yang memperjuangkan penghapusan kasta di masyarakatnya. Untuk memperjuangkan gagasannya, ia kerap menjadi pembicara di kuliah-kuliah umum terkait gender dan kasta. Sebelum kita melangkah jauh tentang sosok perempuan ini, kita nikmati dulu yuuuk tembang asik yang satu ini (iklan dan lagu)

Panggil dia Meena, nama lengkapnya adalah Ilavenil Meena Kandasamy, terlahir pada tahun 1984 dari keluarga Tamil Nadu, India. Dibesarkan dalam masyarakat berkasta yang tak menempatkan sesama manusia tak setara, beda derajat beda martabat. Situasi itu membentuk Meena sebagai perempuan yang tak mau tunduk pada sistem kasta. Gagasannya membuncah, ia menolak sistem kasta, kesetaraan adalah mimpinya.

Senin, 05 Mei 2014

21 Tahun Marsinah Tanpa Keadilan




Obor Marsinah Semarang

Setelah dinginnya Batang, rombongan Obor Marsinah disambut dengan teriknya kota Semarang. Sebuah kota tempat Semaun bergelut dengan peluh menyusun kekuatan buruh dan perlawanan rakyat. Di jalan Pahlawan, Semarang, puluhan bendera Marsinah mewarnai bundaran Jl. Pahlawan, dan panggung Marsinah Melawan Ketidakadilan tampak berdiri menyambut para orator untuk menyampaikan pidato-pidatonya.

Kota Semarang adalah kota ke 5 (lima) dalam rangkaian konvoi Obor Marsinah yang menyalakan apinya. Sejauh ini, nyala api Marsinah terus berkobar, untuk menuntut menjadikan Marsinah pahlawan, upah layak dan kesejahteraan buruh, penegakan Hak Asasi Manusia dan demokrasi serta perlawanan terhadap kekerasan seksual. 


Bertepatan dengan panggung Marsinah 21 Tahun Tanpa Keadilan, sebuah spanduk besar berisi tuntutan-tuntutan buruh dan rakyat dibentangkan disertai dengan ruang bagi siapa saja untuk tanda tangan dukungan atau petisi.

Minggu, 04 Mei 2014

Ratusan Obor Marsinah Menyala di Batang

Ratusan petani Batang mengarak Obor keliling desa

Jarum jam sudah menunjuk pukul 19.00 WIB (7 malam), hari Jumat, 3 Mei 2014, kala rombongan Obor Marsinah memasuki Omah Tani, Batang, bersama rombongan konvoi SPN Pekalongan, Jawa Tengah yang mengiringi dari kota Batik, Pekalongan. Hawa dingin menyambut kehadiran rombongan Obor Marsinah di desa tempat Omah Tani berdiri. Omah Tani dikenal sebagai tempat konsolidasi gerakan rakyat, bukan hanya tani, termasuk kelompok transeksual/transgender. Berbagai elemen rakyat pernah singgah di Omah Tani dan belajar darinya, terutama soal Go Politik. Menurut Handoko, salah satu pendiri Omah Tani, dalam sesi sharing malam itu, yang terpenting dari metode politik rakyat adalah meyakini kekuatan rakyat itu sendiri sehingga mestinya tak perlu lagi mencantol pada elit manapun.

Sharing atau saling berbagi yang dihadiri oleh Obor Marsinah Jakarta, SPN dan Omah Tani merupakan sesi dimana satu sama lain saling berbagi tentang pengalamannya masing-masing. Dari soal penanganan kasus buruh dan tani hingga bagaimana melibatkan perempuan dalam organisasi.

Jumat, 02 Mei 2014

“Obor Marsinah Cirebon; Menabuh Suara Rakyat, Lampaui Bilik – Bilik Suara”





Obor Marsinah Cirebon

Rombongan Konvoi Obor Marsinah memasuki hari ke 3, tepatnya Jumat, 2 Mei 2014, pukul 00.00 WIB (12 malam) sudah sampai di Unsgawati, Cirebon. Belasan mahasiswa Unsgawati engan ramah menyambut rombongan dan menyediakan tempat menginap di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Perlu diketahui, sebelumnya rombongan Obor Marsinah berkunjung di Omah Buruh Bekasi dan Karawang yang singgah di sekretariat FSPMI Karawang dan PT. Pindo Delli, menyerahkan surat tuntutan ke PT. Pindo Delli sebagai bentuk solidaritas pada buruh PT. Pindo Delli yang beberapa waktu sempat mogok kerja dan semua pengurus di PHK.

Di Unsgawati, teman-teman mahasiswa yang tergabung dalam Komite Obor Marsinah Cirebon sudah menyiapkan Panggung Orasi Budaya, keesokan harinya, Sabtu 3 Mei 2014, dengan judul “Menabuh Suara Rakyat, Lampaui Bilik – Bilik Suara” . Pelataran Unsgawati pun ditata sedemikian rupa sebagai panggung yang menarik, disertai dengan spanduk infografis Obor Marsinah, bendera Marsinah dan pernak-pernik lainnya.