Blue Fire Pointer

Rabu, 05 Februari 2014

“Saya tidak pernah melukis mimpi, saya melukis realita saya sendiri” - Frida Kahlo





“Saya tidak pernah melukis mimpi, saya melukis realita saya sendiri” 

Kutipan kalimat diatas dilontarkan oleh seorang perempuan yang gigih meraih mimpi. Namanya diabadikan dalam perjalanan seni lukis dunia. Salah satu karya terbaiknya menghiasi dinding rumah Madona, seorang penyanyi terkenal dan kontroversial di masanya. My Birth atau Kelahiranku adalah judul lukisan tersebut. Perempuan pelukis itu dikenal dengan nama Frida Kahlo, seorang pelukis perempuan kontroversial dengan segala sisi baik buruk kehidupannya. Namanya abadi di benak masyarakat Mexico dan pecinta seni. Menarik untuk mengikuti kisah sosok yang satu ini, kegigihannya menghadapi hidup sambil terus berkarya layak ditempatkan di rubrik kesayangan kita, Perempuan Pelita, salah satu rubrik tentang sosok perempuan inspiratif yang biasa kita nikmati tiap hari Kamis jam 7 sampai jam 8 malam. Sebelum saya, Dias beranjak lebih jauh lagi, yuk kita dengarkan lantunan lagu ini (iklan dan lagu) 

Frida Kahlo dikenal sebagai pelukis yang gemar melukis potret dirinya sendiri. Bila ditanya, maka ia menjawab “itu karena setahu saya, diri sayalah yang terbaik”. Frida Kahlo bernama lengkap Magdalena Carmen Frida Kahlo. Ia dilahirkan di kota Mexico pada 6 Juli 1907. Kota Mexico adalah awal dan akhir dari hidupnya, di kota ini pula semua karyanya dihasilkan, di sebuah rumah yang dinamai Blue House atau Rumah Biru. 

Budaya atau tradisi Mexico dan Amerindian memberi peran penting di setiap karya Frida yang kadang dicirikan sebagai Seni Naive atau seni pribui. Karyanya juga sering kali digambarkan sebagai surealis dan pada tahun 1938 Andre Breton, seorang pioner gerakan surealis menggambarkan seni Frida sebagai “Pita di sekeliling Bom”. 


Kehidupan pribadi Frida tak semulus karirnya sebagai pelukis, pernikahannya dengan seorang pelukis terkenal Mexico Diego Rivera, kerap dilanda petaka. Di sisi lain, ia mengalami problem kesehatan yang panjang dikarenakan luka akibat sebuah kecelakaan yang dialaminya kala remaja. Namun, kegigihan Frida Kahlo membuatnya bangkit dari kecelakaan yang membuatnya lumpuh itu. Ia menunjukkan kepada semua orang bahwa kegigihannya untuk bisa berjalan lagi terwujud. Di saat kesunyiannya dalam kelumpuhan itulah ia mulai kerap menulis potret dirinya. “Aku melukis dirikusendiri karena aku sering sendiri dan karena aku adalah subyek terbaik yang pernah saya kenal”  (Lagu dan iklan) 

Masa kecil Frida Kahlo banyak memberi latar belakang pemikiran Frida. Ia terlahir dari seorang ayah bernama Guillermo Kahlo, seorang warga Jerman dengan nama asli Wilhelm dan dibilang sebagai keturunan Yahudi. Namun sebuah tes genetikal membuktikan bahwa ayah Frida bukanlah seorang keturunan Yahudi. Pada tahun 1891, Ayah Frida melakukan perjalanan ke Mexico di usia 19 tahun dan merubah nama Jermannya menjadi Guillermo.

Sementara, Ibu Frida, Matilde Calderon adalah seorang keturunan Amerindian dan Spanyol. Orang tua Frid menikah segera setelah kematina istri pertama Guillermo. Meski pernikahan keduanya tidak bahagia, mereka memiliki 4 anak perempuan dan Frida adalah anak ke tiga. Frida menggambarkan, dunianya selalu dikelilingi oleh perempuan. Lalu datanglah Revolusi Mexico selama tahun 1910 kala Kahlo berusia 3 tahun. Di masa depan, Frida keudian mengklaim bahwa ia lahir di tahun 1910, agar orang mengasosiasikannya dengan revolusi. Dalam tulisannya, ia mengenang ibunya akan mengantarkan ia dan saudarinya ke dalam rumah ketika tembakan memenuhi jalanan. 

Di usianya menginjak tahun ke 6, polio menyerang tubuh mungilnya. Akibatnya, kakinya sebelah kanan mengecil, yang membuatnya kemudian selalu mengenakan rok panjang penuh warna. Namun kondisi fisiknya tak membuat Frida berkecil hati, ia bahkan aktif mengikuti berbaga kegiatan olahraga seperti tinju dan olahraga lainnya. Pada tahun 1922, Kahlo terdaftar di sebuah sekolah dasar di Preparatoria, salah satu SD di Mexico yang jumlah siswanya hanya 35 gadis. Di sekolah inilah kemudian Kahlo bergabung dengan sebuah kelompok dan memikat hati Alejandro Gomez Arias karena kepribadiannya yang kuat. 

Menarik ya kisahnya, sedari kecil, Frida adalah sosok yang tidak kenal menyerah. Meski terjangkit polio yang berakibat pada mengecilnya salah satu kaki, tak membuat ia mundur. Tak tanggung-tanggung, Kahlo justru menggeluti olah raga. Kegigihannya ini terbukti lagi ketikai ia harus terbaring lumpuh di tempat tidurnya akibat kecelakaan naas. Bagaimana kisahnya? Kita akan ikuti setelah lagu asik berikut ini (lagu dan iklan) 

Suatu hari pada 17 September 1925 bus yang ia naiki mengalami kecelakaan. Kaki kanan dan lengannya pun mengalami luka parah yang berpengaruh pada kapasitas reproduksinya. Kecelakaan tersebut menginggalkan luka mendalam di hatinya. Untuk memulihkan diri, ia menghabiskan waktu selama 3 bulan. Meski kemudian ia pulih dari lukanya, dan hampir mengembalikan kemampuannya berjalan, ia harus merasakan sakit ekstrim sepanjang hidupnya. Untuk pulih, Kahlo telah menjalani operasi sebanyak 35 kali operasi di punggungnya dan kaki kanannya. Luka ini pula yang membuatnya tak bisa melahirkan karena komplikasi medis dan luka permanen. Walau demikian, bukan Frida Kahlo bila menyerah, ia nekad hamil sebanyak tiga kali dan ketiga kehamilannya mengalami keguguran. 

Setelah kecelakaan, Kahlo meninggalkan studi pengobatan dan meulai karir sebagai pelukis. Ia melukis untuk menghabiskan waktunya selama masa pemulihan. Potret dirinya adalah bagian dominan dalam hidupnya selama ia tak bisa bergerak.  Ibunya bahkan membuat tempat lukis di atas tempat tidur agar ia bisa melukis  di tempat tidur. Sementara ayahnya meminjamkan kotak minyak beserta kuas. 

Melukis pengalaman diri, termasuk pernikahannya, kegugurannya dan beberapa operasi yang ia jalani, karya Kahlo sering diidentikkan dengan nyeri pada lukanya.

Kahlo setidaknya menciptakan 140 lukisan. 55 dari lukisannya adalah potret diri, yang seringkali menjadi simbol luka fisik dan psikisnya. Dalam gaya pelukisannya, sang suami, Diego Rivera memberi pengaruh besar. Frida sangat mengakui Diego beserta karya – karyanya. Frida mendekati Diego di Kantor Menteri Pendidikan dimana Diego mengerjakan karya murlnya pada tahun 1927. Frida kala itu menunjukkan 4 karya lukisnya dan menanyakan pendapat Diego. Diego tertarik dengan lukisan Frida dan menyatakan Frida memiliki talenta yang bagus. Setelah itu, ia sering bertamu di rumah Firda. Banyak pandangan yang diberikan Diego pada Frida tentang karya seni. Selanjutnya, keduanya menikah meski ibu Kahlo tidak bersetuju. Afair dan pertikaian menemani perjalanan pernikahan keduanya dan akhirnya memuncak kala Diego berselingkuh dengan adik Frida Kahlo, Christina. November 1939, Frida Kahlo dan Diego bercerai namun menikah lagi setahun berikutnya.

Selain itu, tradisi budaya Mexico memberi pengaruh pada setiap warna yang dipilihnya sibolisme dramatik dan gaya primitif. Ia sering memasukkan simbol monyet dalam lukisannya. Monyet, dalam tradisi Mexico menyimbolkan perlindungan dan kelembutan. Kristen dan Yahudi sering menjadi tema lukisannya. Ia mengkombinasikan lukisan tradisi dan surealis.

Menginjak tahun 1938, Kahlo mengadakan pamerannya untuk kali pertama dan pameran tunggal ia gelar di Galeri Julien Levy di Amerika Serikat. Karyanya banyak diterima oleh masyarakat dan even tersebut dihadiri oleh beberapa seniman. Untuk memenuhi undangan Andre Breton, Kahlo berangkat ke Prancis pada tahun 1939 dan lukisannya mendapat tempat dalam sebuah pameran lukisan di Paris. Louvre membeli salah satu karya lukisannya, The Frame, yang dipamerkan di pameran lukisan tersebut. Lukisan ini adalah karya pertama Seniman Mexico di abad 20 dipesan oleh sebuah museum terkenal.

Hidup Frida Kahlo berakhir pada 13 Juli 1954,dan beberapa hari sebelum kematiannya, ia menulis dalam diarynya, “Aku harap pintu keluar ini menyenangkan – dan aku harap tidak akan pernah kembali lagi”. Ia diketahui meninggal karena pulmonary embolism, meski beberapa menduga ia meninggal karena over dosis. Sementara itu hasil otopsi tidak pernah ditunjukkan. Ia menderita sakit selama bertahun-tahun sebelumnya hingga kaki kanannya telah diamputasi hingga selutut.

Dalam sebuah autobiografinya, Diego Rivera menuliskan bahwa hari kematian Kahlo adalah peristiwa paling tragis dalam hidupnya.

Beberapa karya lukisan Kahlo sejak tahun 1958 telah disimpan di sebuah rumahnya yang dijadikan museum, The Blue House dan menunjukkan perjalanan penting hidup seorang Frida Kahlo.

Akhirnya sampai jua kita di penghujung acara kita, saya, Dias beserta kerabat kerja marsinah fm, undur diri dari sahabat marsinah, kita akan bertemu lagi minggu depan di acara yang sama. Perempuan Pelita, marsinah 106 FM



Tidak ada komentar:

Posting Komentar