Blue Fire Pointer

Jumat, 31 Januari 2014

Sujatin, Penggagas Kongres Perempuan Indonesia

Sujatin, Penggagas Kongres Perempuan Indonesia

PEREMPUAN PELITA
EDISI 26 Desember 2013
Image
Salam setara sahabat marsinah, jumpa lagi bersama saya, Memey dalam rubrik kesayangan anda, rubrik Perempuan Pelita yang hadir menemani anda tiap kamis jam 7  sampai jam 8 malam. Sebelumnya, saya, Dias, mengucapkan selamat hari Ibu dan hari raya Natal. Tak terasa, kita sudah sampai pada penghujung tahun 2013. Semoga damai dan semangat perubahan menyertai sabahat marsinah semuanya.
Hari Ibu, jatuh pada 22 Desember. Ia bukan hari biasa, ia adalah hari bersejarah dimana seribu perempuan berkumpul di Jogjakarta untuk membicarakan gagasan kemerdekaan perempuan dan bangsa. Hari ibu adalah hari kebangkitan perempuan Indonesia. Ia adalah hari istimewa tempat berkumpulnya perempuan-perempuan berani dan cerdas yang ingin kemerdekaan dan kesetaraan perempuan serta bangsanya.
Salah satu perempuan tangguh penggagas Kongres Perempuan Indonesia itu akan hadir di tengah kita. Semangatnya, gairahnya akan perubahan akan menghentak kita semua malam ini. Kisah tentangnya akan kita perdengarkan setelah satu tembang asik berikut ini, masih bersama saya Dias. (lagu dan iklan)

Simone De Beauvoir; Perempuan Filsuf Revolusioner

Simone De Beauvoir; Perempuan Filsuf Revolusioner

Image
Selamat malam sahabat marsinah, jumpa lagi bersama saya, Memey di rubrik Perempuan Pelita, sebuah rubrik kesayangan kita yang hadir setiap hari Kamis jam 7 sampai 8 malam di marsinah 106 FM, radio buruh perempuan dari perempuan buruh untuk kesejahteraan dan kesetaraan.
Malam ini kita akan bersua dengan sosok aktivis perempuan dari negeri Menara Eifel, perempuan luar biasa yang tak kenal lelah memperjuangkan hak perempuan. Sosoknya akan kita simak setelah lagu cantik berikut menyapa anda.
Sosok perempuan itu bernama Simone Beauvoir, dari sebuah kota di Paris ia terlahir. Tepatnya pada tahun 1908, dari sebuah keluarga menengah atas. Ia adalah anak tertua dari dua bersaudara. Adik perempuannya bernama Poupette. Tumbuh besar di kalangan keluarga terdidik, Simone banyak mendapat inspirasi dan pengetahuan moral dari kedua  orang tuanya. Ayahnya adalah sosok yang sangat menggemari teater tapi tertekan dengan situasi sosial yang melingkupinya dan menjadi seorang pengacara, dan ibunya adalah seorang khatolik yang fanatik. Simone mengenyam pendidikan di institusi pendidikan privat dan di bawah didikan ibunya. Ia mulai serius menempuh pendidikan, dan penulisan. Saat menginjak usia 21 tahun ia mulai tinggal bersama neneknya, dan mulai belajar filsafat di Sorbonne.