Blue Fire Pointer

Kamis, 18 September 2014

Yanti, Dokter Perempuan untuk Kemanusiaan

Perempuan Pelita edisi 18 September 2014



Di dunia ini, tak banyak yang menyandarkan pilihan profesi berdasarkan kecintaan pada kemanusiaan. Bila kita tilik, kebanyakan memilih profesi karena berbagai keuntungan material yang akan diperolehnya di masa mendatang, salah satunya adalah profesi Dokter. Sangat sedikit dokter yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil apalagi di daerah konflik. Bila mau belajar soal ilmu kedokteran yang mengabdi pada kemanusiaan, tentu kita akan belajar banyak sekali dari Kuba, negeri komunis di Amerika Latin yang gemar mengirim dokternya untuk misi kemanusiaan. Namun, saat ini, kita tidak sedang bicara soal Kuba. Kita sedang belajar dari sosok dokter perempuan dari negeri kita sendiri, Indonesia, yang rela mengorbankan hampir seluruh waktunya, karirnya untuk mengabdi pada korban konflik di Afrika yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.

Ya, kali ini, Perempuan Pelita edisi 17 September 2014, akan berkenalan lebih jauh dengan seorang Dokter Perempuan yang luar biasa ini. Tapi, seperti biasanya, nih, Dias akan suguhkan dulu lagu cantik buat sahabat marsinah semua. Tetap stay tune di marsinah 106 fm, salam setara (lagu dan iklan)

Kamis, 11 September 2014

Sophie; "Tak Soal Dengan Kematian, Selama Ia Bisa Membuat Ribuan Orang Bangkit Melawan"

Perempuan Pelita

11 September 2014




Aktivis HAM, almarhum Munir, pernah mengatakan “kita harus lebih takut kepada rasa takut itu sendiri, karena rasa takut menghilangkan akal sehat dan kecerdasan kita”. Mengatasi rasa takut bukan hal mudah apalagi taruhan dari sebuah pilihan itu adalah nyawa. Almarhum Munir, Marsinah, Widji Tukul adalah beberapa nama yang berhasil atasi rasa takut, menembus relung-relung keberanian. Di suatu negeri, di luar sana, seorang gadis belia juga memiliki keberanian luar biasa yang tak muncul begitu saja, tapi melalui pertarungan melawan rasa takut yang tak kalah luar biasa. Ya sahabat marsinah, saya, lamoy kali ini menemani kamu semua karena Dias sedang sakit, semoga dia lekas sembuh dan kembali ke tengah kita semua. Dalam Rubrik Perempuan Pelita kali ini, kita akan mengudara bersama salah satu gadis muda pemberani ini. Perempuan Pelita hadir buat kamu semua tiap kamis jam 7 sampai 8 malam. Sebelum kita melanjutkan kisah kita kali ini, kita dengarkan dulu yuuk tembang cantik berikut ini (lagu dan iklan)

Nama gadis belia ini adalah Sophie Scholl, yang terkenal karena keberaniannya melawan Nazi dengan membentuk kelompok anti NAZI bernama “Mawar Putih” bersama dengan saudara lelakinya, Hans serta beberapa teman mahasiswanya di Munich. Kelompok ini membagikan leaflet dan membuat grafiti melawan rejim Hitler.

Sophi lahir pada 9 Mei 1921 di Forchtenberg in Bäden-Württemberg. Ayahnya, Robert, adalah seorang walikota. Keluarganya hidup dengan nyaman di sebuah apartemen besar di balai kota. Robert, sang ayah, sudah menjadi seorang penentang selama Perang Dunia I dan bekerja di Rumah Sakit palang merah. Rumah Sakit ini terletak di Ludwigsburg, dimana ia bertemu dengan perempuan yang kelak menjadi istrinya, Magdalene, yang kala itu bekerja sebagai perawat. Mereka kemudian menikah dan memiliki 6 anak: Inge, Hans, Elisabeth, Sophie, Werner and Thilde; sayang, Thilde meninggal pada tahun 1926.