Blue Fire Pointer

Minggu, 20 April 2014

Kartini Membela Bumi: Membela Bumi adalah Membela Diri Sendiri

Dedi dari Walhi dan Vivi Widyawati dari Politik Rakyat
menjadi pembicara di acara "Kartini Membela Bumi"

Jakarta Utara – Menjelang hari Kartini, Obor Marsinah (Koalisi Politik Kerakyatan untuk Marsinah) Jakarta menggelar panggung budaya dan diskusi public “Kartini Membela Bumi” pada hari Minggu, 20 April 2014, di Aula Disnakertrans Jakarta Utara. Diskusi publik ini menghadirkan Dedi dari WALHI Jakarta dan Vivi Widyawati selaku coordinator Politik Rakyat. Acara ini juga dimeriahkan dengan teater dari Sanggar Tipar, pembacaan puisi, pidato kebudayaan, seni tari dan menyanyi oleh kelompok buruh, tarian sa jojo dari Matamu Dancer, serta musik dari Cute Band.

Dihadapan puluhan buruh yang hadir di Aula Disnakertrans Jakarta Utara, Dedi menyampaikan bahwa persoalan perempuan erat kaitannya dengan problem lingkungan. Berdasarkan kajian yang dilakukan WALHI pada tahun 2012, 80% perempuan bergantung pada pertanian dan waktu yang dihabiskan perempuan untuk mencari air bersih adalah 400 milyar per hari sementara dalam sehari ada 1600 buruh perempuan di PHK setiap harinya dan 100 juta perempuan berhutang untuk biaya konsumsi. Data lain menunjukkan bahwa perempuan terkena dampak besar dari krisis lingkungan diantaranya 80 ribu perempuan mati melahirkan. Perampasan ruang hidup, mental dan fisik telah memberi dampak buruk bagi kelangsungan hidup perempuan lebih besar disbanding lelaki. Sementara, Vivi Widyawati menambahkan perempuan lebih rentan kesehatan reproduksinya akibat pencemaran lingkungan seperti tiadanya air bersih yang tidak hanya diminum tapi juga digunakan untuk membersihkan vagina. Belum lagi zat beracun yang terkandung di udara Jakarta yang bisa menyebabkan kanker, terutama kanker payudara yang banyak menyerang kaum perempuan. Menurut Vivi Widyawati, 57% warga Jakarta menderita penyakit asma dan kanker akibat polusi udara.

“Kita masih punya waktu 30 tahun lagi untuk menyelamatkan bumi, sekarang pun sebenarnya sudah terlambat. Bila bukan sekarang kapan lagi?” tutur Vivi Widyawati.

Seusai diskusi publik, nyanyian dari kur kur makalot menghibur peserta disusul dengan teater Sanggar Tipar menyuguhkan teater menarik tentang kerusakan bumi dan dampaknya bagi perempuan. Dalam acara panggung budaya ini, turut memberi semangat aktivis dari KN Perempuan Mahardhika, Dian Novita supaya buruh perempuan mengambil tanggung jawab melawan korporasi yang menghancurkan alam. Turut pula memberikan orasi budaya Rosid selaku Sekjen SBTPI (Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia), Benyamin dari FSBI (Federasi Serikat Buruh Independen), Agus dari LMND ILiga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) dan beberapa organisasi lainnya.

Acara “Kartini Membela Bumi” makin meriah ketika proses pemotongan tumpeng , dalam rangka ulang tahun Marsinah FM yang ke dua oleh Dian Septi Trisnanti selaku Koordinator Radio Komunitas Marsinah FM, Jumisih ketua FBLP (Federasi Buruh Lintas Pabrik), Dian Novita dan Mutiara Ika Pratiwi dari Perempuan Mahardhika. Dalam pidatonya, Dian menyampaikan dalam tahun yang kedua ini, marsinah fm tidak hanya akan menyerukan perjuangan untuk kesejahteraan, kesetaraan namun juga lingkungan. Selain itu, Marsinah FM mengajak kepada rakyat untuk bersatu dalam konvoi Obor Marsinah dari Jakarta ke Surabaya, yang memperjuangkan marsinah jadi pahlawan, upah dan kesejahteraan, penegakan Hak Asasi Manusia dan demokrasi. 





Sabtu, 19 April 2014

Terus Maju Marsinah FM, Perkuat Media Komunitas Untuk Perubahan




Untuk Kesejahteraan dan Kesetaraan

Dua tahun adalah usia yang masih teramat belia bagi radio komunitas Marsinah FM . Tak terasa sudah dua tahun berlalu dari semenjak kami mengumpulkan asa membangun radio komunitas buruh perempuan. Mungkin tidak terbayang di benak  kami, bisa membangun dan mengelola radio komunitas. Jangankan radio komunitas, mengelola keuangan rumah tangga, kebutuhan keluarga dan kejamnya kerja di dalam pabrik membuat buruh perempuan tak banyak ruang gerak. Kata seorang teman, untuk berimaji saja, satu kesatuan tubuh ini sudah letih. Keletihan memang sudah menjadi keseharian buruh perempuan akibat himpitan kemiskinan dan kekerasan, diskriminasi yang  sebagai perempuan. Maka, radio komunitas ini didirikan dengan ilham untuk merebut kesejahteraan dan kesetaraan.

Di tengah himpitan kehidupan, kami percaya hanya solidaritas, perjuangan yang menjadi kebahagiaan. Keriangan ketika berkumpul, saling berbagi rasa penat dan belajar bersama meyakinkan kami, bahwa kami bisa. Dimulai dengan mengenal peralatan yang masih terasa asing, seperti mixer, microphone, pemancar, hingga membobok tembok untuk memasang AC, membangun studio yang kedap suara, memasang antena dan lain sebagainya. Semuanya dikerjakan bersama sesama buruh perempuan yang kerap dianggap sekedar pelengkap dan penghias.

Di awal memulai bersiaran, semua kru sedemikian takut menyentuh peralatan radio. Takut microphone itu rusak, program di komputer itu error, kami takut mixer itu rusak sehingga harus menyusahkan dan merepotkan beberapa dari kami yang sudah akrab dengan peralatan itu. Hanya saja lama-lama kami berpikir bila terus menerus takut kapan akan bisa maju dan sampai kapan merepotkan teman yang juga punya seabrek agenda. Kami harus belajar.

Hari, minggu, bulan dan tahun berganti, terasa keberanian memenuhi relung jiwa untuk mulai mengatakan tidak bila tak hendak, bila diri ini didera penindasan. Keberanian itu muncul bukan karena satu, dua orang yang sudah berkorban untuk berjuang tapi karena kumpulan semangat juang. Artinya ini karena perjuangan bersama-sama. Radio komunitas ini berjalan karena ada “A” yang memotong kayu,dan triplek untuk kedap suara studio, “B” yang layout spanduk bergambar dunia bawah laut, “C” yang menggalang dana, “D” yang mengelola keuangan, “E” yang mengelola blog dan media sosial, “F” yang menulis naskah, “G” yang bersiaran dan masih banyak lagi. Itulah kumpulan energi dan membuat kami berpikir dan faham bahwa kami tidak pernah bisa sendirian. Saya ada karena yang lain ada, karena kumpulan pengalaman juang, semangat juang, komitmen juang. Maka, tak bisa hanya menghitung  satu atau dua dari kami yang paling banyak kontribusi. Ini karya kami, dan kami adalah satu kesatuan.

Melawan Lebih




Menginjak usia satu tahun, kami mendeklarasikan Melawan Lebih, yang artinya adalah melawan nilai lebih, melawan lebih pada setiap penindasan. Melawan lebih pada nilai lebih bermakna melawan perampasan kerja oleh para pemodal rakus, yang setiap tahun berseru merugi namun terus saja beranak pinak perusahaannya. Realita sehari hari menjadi masuk akal untuk melawan lebih, yakni ketika para bos sesuka hatinya tidak membayar upah lembur, menerapkan long shift tanpa menghitung suara kami, menangguhkan upah kami, tidak peduli kala kami harus menyusui, hingga menderita keguguran karena dipaksa terus kerja, kerja dan kerja.

Melawan lebih sekaligus pada kekerasan terhadap perempuan, perkosaan dan pelecehan seksual baik di tempat kerja, di jalanan, di mana saja . Meningkatnya angka kekerasan seksual sehingga 2013 dinyatakan sebagai tahun darurat kekerasan seksual mendorong kami  menyatakan perang tidak saja dengan pemiskinan namun juga kekerasan seksual. Kasus kekerasan terhadap perempuan yang terdata di catatan tahunan Komnas Perempuan di tahun 2013 adalah 279.760 kasus kekerasan terhadap perempuan. Dari jumlah ini, 263.285 atau 94% kasus diperoleh dari pengadilan agama (PA) dan 16.403 atau 6% kasus diperoleh dari 195 lembaga mitra pengada layanan dari 31 propinsi. Karenanya Melawan lebih pada kekerasan seksual adalah utama, ini diwujudkan dengan terlibat sebagai Relawan Kawanku (Relawan Jakarta Melawan Kekerasan Seksual), yang dalam prakteknya melakukan tindak advokasi terhadap korban dan memberdayakan para korban untuk mau jadi pejuang. Di penghujung tahun 2013, Relawan Kawanku menyatakan tahun 2014  sebagai tahun melawan kekerasan seksual.

Obor Marsinah



Marsinah, buruh perempuan korban kekerasan militer Orde Baru tewas pada tahun 1993 karena berjuang untuk kenaikan upah. 21 tahun berlalu semenjak kematiannya, kaum buruh masih berjibaku menuntut kenaikan upah. Upah bagi kaum buruh adalah harus, agar anak kami bisa menempuh pendidikan tinggi dan berkualitas, agar kami beserta keluarga bisa mengakses kesempatan sebanyak mungkin untuk berkembang sebagai selayaknya manusia. Marsinah adalah inspirasi dan penanda agar kami terus maju hingga kesejahteraan itu ada di tangan dan buruh tidak lagi diperbudak.

Di tengah hiruk pikuk pemilu 2014, kami bersama kelompok, organisasi lain menyodorkan Konvoi Obor Marsinah. Sebuah agenda rakyat untuk menyerukan tuntutan-tuntutan rakyat. Sepanjang Konvoi Jakarta - Surabaya 1- 10 Mei, bersama organisasi-organisasi lain, kami nyaringkan suara –suara rakyat untuk menjadikan Marsinah pahlawan, menuntut kenaikan upah dan kesejahteraan,menuntut penegakan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, serta perlawanan kekerasan seksual.

Dalam Obor Marsinah inilah, kami berseru, mari bersatu, rapatkan barisan dan nyaringkan suara kita, suara rakyat, suara kita yang dimarjinalkan ini. Hanya kita, ya hanya kita yang bisa merubah keadaan, mari bergandeng tangan. 


Lingkar Suara Buruh Perempuan, Lingkar Kekuatan Perubahan

Selain Obor Marsinah, Marsinah FM hendak mengembangkan kekuatan Buruh perempuan sebagai kekuatan perubahan, yang bila terkumpul dalam lingkar-lingkar suara di ruang-ruang maya dan nyata maka ia akan memiliki daya luar biasa. Buruh perempuan yang setiap hari berperang dengan kemiskinan dan diskriminasi ini akan berkumpul dalam lingkaran-lingkaran WA, FB, hingga bermuara pada konferensi-konferensi untuk bersama saling berbagi kekuatan.
Kami menyebutnya Lingkar Suara Buruh Perempuan yang akan digalang seiring dengan pengembangan Marsinah FM sebagai radio online. 

Namun, ada yang berbeda, kami menambahkan perjuangan lingkungan selain kesejahteraan dan kesetaraan. Rusaknya lingkungan membuat kami tak segan untuk menoleh pada problem lingkungan. Bagaimana tidak. Buruh perempuan di Jakarta Utara merasai buruknya polusi, ketersediaan air bersih yang makin minim, pemukiman yang kumuh, banjir tiada henti hingga kami sadar kesehatan reproduksi perempuan makin terancam. Bumi adalah hidup kami, membela bumi sama artinya dengan membela diri sendiri. Persoalan lingkungan tidak hanya ada di sekitar buruh tapi juga menimpa saudara-saudara kita di sekitar tambang, kaum tani yang menghadapi perampasan tanah, penebangan hutan dan masih banyak lagi. Dunia ekologi/lingkungan mungkin masih hal baru bagi kami tapi ia menambah kekuatan baru dalam hidup kami yang masih sempit ini. Selayaknya sebagai bagian dari umat manusia dengan segala persoalannya kita saling bersolidaritas.

Kami ingin hadir, tidak saja bagi buruh di Jakarta Utara,  ingin berbagi, saling belajar dengan

sebanyak mungkin buruh dan perempuan di mana saja. Dimana bisa bercengkrama dengan sesama tidak hanya melalui siaran radio entertainment dan talkshow namun juga di media – media sosial. Tak hanya melalalui suara tapi juga video. Pembuatan video atau film adalah hal baru yang kami rintis, belum profesional, sama dengan pembuatan blog yang belum cukup memadai, namun sebagai proses kami mau belajar. Proses inilah yang muncul melalui pelatihan-pelatihan video, jurnalistik, dan blog. Pembuatan video - video pendek akan segera hadir sebagai bagian Marsinah FM. Buruh belajar film, kenapa tidak?

Semua ini adalah asa, cita, dan mari bekerja keras untuk membuatnya menjadi nyata. Senyata-nyatanya agar menjadi kekuatan perubahan. Akhir kata, kami ucapkan dirgahayu Marsinah FM, maju terus perkuat media komunitas untuk perubahan.

Dian Septi Trisnanti 
Koordinator Marsinah FM

Rabu, 09 April 2014

Obor Marsinah Surabaya: Lawan Militerisme, Bangun Partai Politik Alternatif




Salam Solidaritas !

Dengan hormat, kami dari Obor Marsinah Surabaya mengundang kawan-kawan dalam agenda Panggung Rakyat Obor Marsinah Surabaya dengan tema: ”Jadikan Marsinah Pahlawan Buruh Indonesia” pada:

Hari : Kamis, 10 April 2014
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Tandon Bimo-Herman Unair {FIB UNAIR B}

Dengan rangkaian acara artwork cukil melawan, live akustik SeBumi,theater & musikalisasi, diskusi

”tak enteni rek”

Sabtu, 05 April 2014

NOBAR MARSINAH di Lapangan Taruna, Cakung, Jakarta Utara






Obor Marsinah Jakarta menyelenggarakan Nobar (Nonton Bareng) Marsinah di Lapangan Taruna, Cakung, Jakarta Utara pada hari Sabtu, 5 April 2014, jam 7 malam



Kamis, 03 April 2014

Gelar Panggung Bebas, Buruh Usulkan Marsinah Jadi Pahlawan


24 Maret 2014 | 12:15 wib | Semarang
 
SEMARANG, suaramerdeka.com - Kematian pejuang buruh PT Catur Putra Surya, Marsinah masih menjadi tanda tanya besar dan tak tuntas tanpa keadilan. Kematiannya pun menginspirasi buruh masa kini untuk terus berjuang dan berani menuntut hak-hak yang dikebiri oleh para pengusaha.

"Sampai saat ini kasus Marsinah belum terungkap secara tuntas meski beberapa orang sudah dijadikan sebagai terdakwa. 21 tahun sudah kematian Marsinah, tak tuntas tanpa keadilan. Atas hal ini, tak salah Marsihan diperjuangkan untuk jadi pahlawan karena dia pejuang rakyat, pejuang upah, kesejahteraan dan pejuang demokrasi,'' kata aktifis LBH Semarang, Zaenal Arifin, Senin (24/3).