Blue Fire Pointer

Rabu, 19 Februari 2014

Aparajita Gogol dan Pita Putih

Perempuan Pelita
Edisi 13 Februari 2014 


Salam setara sahabat marsinah, bersua lagi bersama saya, Dias, bersama kerabat kerja marsinah fm. Terimakasih masih setia mendengarkan marsinah 106 fm. Seperti biasa, saya akan menemani sahabat marsinah selama 1 jam ke depan dalam rubric perempuan pelita tiap kamis jam 7 sampai jam 8 malam. Perempuan pelita adalah rubric yang menghadirkan sosok perempuan inspiratif yang ada di sekitar kita hingga penjuru dunia. Malam ini, kita akan bertemu dengan sosok perempuan dari India yang berjuang untuk kesehatan ibu agar tidak ada lagi kaum ibu yang meregang nyawa kala melahirkan. Sebelum saya lanjut, kita nikmati dulu yuuk satu lagu asik yang satu ini (lagu dan iklan)
Sosok perempuan India berparas manis ini sekarang menjabat sebagai Direktur Eksekutif CEPDA India dan Koordinator Nasional Aliansi Pita Putih untuk keselamatan ibu di India. Aparajita Gogol, demikian nama yang melekat pada perempuan ini. Ia yakin tentang pentingnya kesehatan ibu dan keyakinan itulah yang mendorongnya terus berjuang untuk keselamatan ibu. Apalagi, di India, tingkat kematian ibu masih tinggi, dan menjadi penyebab kematian terbesar perempuan.


Aparajita sendiri terlahir di Assam, sebuah kota di India bagian timur - utara, ia adalah satu-satunya anak perempuan dengan 4 saudara lelaki. Karena ia satu-satunya anak perempuan, Aparajitaberlimpah kasih sayang. Tak sedikitpun kekerasan hinggap di masa kecilnya, termasuk diskriminasi. Ada diskriminasi, tapi diskriminasi yang positif, kata Aparajita. Yaitu perlakukan special dari kedua orang tuanya. Ia terbiasa mengambil keputusan sendiri, pilihan sendiri. “tapi saya tidak terisolasi dari ketidakadilan terhadap perempuan di India dan saya ingin bekerja untuk sosial dan, mencoba berkontribusi untuk membuat India menjadi tempat yang lebih baik bagi perempuan dan gadis India. Dan itulah yang saya lakukan”.
India adalah negeri dimana banyak gadis terbunuh sebelum lahir. Selama tiga dekade, 12 juta gadis meninggal sebelum terlahir. Di banyak bagian negeri India, rasio seks menurun jauh dari 850 perempuan per 1000 lelaki. Yang menyedihkan, banyak anak perempuan menikah di bawah usia 18 tahun. 1 dari 4 perempuan mengalami kekerasan dan perkosaan terjadi hampir setiap 22 menit. India berkontribusi pada 19% kematian akibat proses melahirkan, satu perempuan meninggal tiap 10 menit dalam kondisi hamil. Realita di atas mendorong Aparajitaberjuang agar kematian perempuan, terutama angka kematian ibu. Agar negerinya menjadi tempat yang lebih baik bagi perempuan dan para gadis. Karenanya ia mendirikan CEPDA dan aliansi pita putih.
Namun, apa yang ia impikan belum menjadi kenyataan meski cukup memberi manfaat. Masih sekitar 56 ribu perempuan mati melahirkan, setiap 10 menit. Mati melahirkan di India berkontribusi pada 19% kematian perempuan di  seluruh dunia. 70% kematian ini bisa dicegah dan itulah yang dikerjakan oleh aliansi pita putih, sebuah aliansi untuk mengadvokasi kesehatan ibu. Sudah 800 organisasi dan ratusan individu bergabung dalam aliansi ini. Aliansi pita putih mencoba bekerja sama dengan pemerintah,media dan individu-individu untuk memperbaiki kesehatan perempuan,
Menurut Aparajita, penyebab kematian perempuan beberapa diantaranya adalah haermorrhage, anemia, macet persalinan, hipertensi, aborsi tidak aman, sepsis dll, dan masih banyak faktor lainnya seperti keterbatasan layanan kesehatan darurat, layanan KB yang minim. Namun, faktor paling menentukan adalah terbatasnya akses terhadap kesehatan, kemiskinan, terbatasnya layanan kesehatan perempuan. Juga, pengaruh sosial budaya seperti pernikahan dini.  Pernikahan dini berakibat fatal pada kesehatan reproduksi perempuan, separuh dari perempuan yang meninggal rata-rata berusia muda. 36%nya karena malnutrisi dan 55% karena anemia.
Banyak tantangan bagi Aparajita dalam memerangi kematian ibu. Negeri yang luas, beragam, persoalan yang kompleks, terbatasnya sumber daya manusia, faktor sosial budaya tak sedikit menjadi hambatan perjuangan. Namun, ia tidak berhenti. Bersama Aliansi pita putih, ia terus maju. (Lagu dan iklan)
Selama apa yang dikerjakan adalah benar, tak perlu ragu. Bagi Aparajita, apa yang dikerjakannya adalah upaya meningkatkan kapasitas rakyt untuk menyuarakan haknya, menciptakan kesadarang dan membangun kesempatan bagi perempuan di wilayah publik. Perempuan membutuhkan kesadaran lebih untuk menggapai haknya dan layanan yang memadai. Karenanya dibutuhkan fokus yang lebih pada isu pendidikan perempuan, kekerasan terhadap perempuan, KB (Keluarga Berencana), dan nutrisi, yang semuanya berdampak pada kesehatan ibu. Aparajitaberujar sangat sulit untuk menekankan pada isu yang spesifik, setiap hari ia dan teman-temannya menghabiskan waktu di bidang ini setiap programnya menjangkau perempuan dan lelaki mudah, setiap perempuan yang dijumpai, setiap momen dan banyak lagi yang dikerjakan untuk isu ini.
Kini setelah lebih dari 10 tahun ia berjuang, ia semakin menguatkan visinya, bagaimana India menjadi tempat yang ramah bagi perempuan dan para gadis supaya bisa berdaya dan bisa menyadari hak-haknya, kesempatan dan kesetaraan gender. Bersama organisasinya, CEPDA, ia memobilisai kaum perempuan dan gadis untuk mencapai kesetaraan gender yang tercipta dalam keluarga yang lebih kuat, komunitas yang lebih kuat dan rakyat yang lebih kuat. Aparajitamenginginkan sebuah dunia, yang mana perempuan dan gadis bisa memenuhi mimpi mereka supaya bebas dari kemiskinan, dan ketidakadilan, karenanya rakyat harus sadar. Berdasarkan itulah, organisasi yang ia dirikan menyediakan program bagi kaum muda baik lelaki maupun perempuan berupa pelatihan ketrampilan, peningkatan kepercayaan diri dalam membuat keputusan pribadi. Aparajitamenambahkan, partisipasi perempuan yang setara dalam pemerintahan dan kepemimpinan adalah langkah maju dalam membangun Negara yang lebih kuat. Cepat atau lambat, ia bersama organisasinya berbagi peran dengan komunitas perempuan untuk memunculkan suara perempuan, memobilisasi advokasi untuk kebijakan public yang lebih baik dan  peningkatan partisipasi politik perempuan.
Banyak pengalaman berharga yang didapat Aparajitaselama memperjuangkan kesehatan perempuan. Semua pengalaman itu menginspirasinya untuk terus melanjutkan lngkahnya, namun ada satu pengalaman yang sangat membekas di hatinya. Kala itu, pertengahan tahun 90an, ia bekerja bersama sebuah organisasi yang memiliki misi untuk menciptakan hidup yang berkelanjutan melalui pemberdayaan ekonomi perempuan. Saat itu ia bertemu dengan seorang kru TV yang sedang menelusuri kehidupan seorang perempuan di Bundelkhan yang bekerja di sebuah pabrik kertas daur ulang. “Kami bertemu dengannya saat ia sedang menjalani training dan kami pulang bersama kru untuk memintanya wawancara dan ia menyanggupi”. Beberapa bulang kemudian, ia bersama kru TV pergi ke rumahnya untuk berbicara lagi dengannya namun ternyata perempuan itu sudah meninggal karena terkena anemia dan henorhage saat melahirkan. “Bagi saya, waktu itu, yang masih muda, hal semacam itu sangat sulit dimengerti, mengapa ini bisa terjadi padahal mestinya bisa dicegah. Pengalaman itu kemudian membuat saya yakin untuk bekerja bagi kesehatan perempuan di India.”
Soal kesehatan adalah soal nyawa, bagi perempuan kesehatan itu bukan hanya soal jiwanya tapi juga soal nyawa bayi, nyawa sebuah generasi. Lalu bagaimana kisah Aparajitaselanjutnya? Kita simak deh, setelah satu lagu cantik ini ya sahabat marsinah, masih di marsinah 106 fm, radio buruh perempuan untuk kesejahteraan dan kesetaraan.
Sebelum berkecimpung di gerakan kesehatan ibu dan anak, Aparajitamengenyam pendidikan hingga tingkat universitas. Ia memilih jurusan Politik Internasional di Universitas Jawaharlal Nehru dan berhasil meraih gelar PhD. Ia lalu melanjutkan diploma pasca sarjana jurusan jurnalisme. Kehidupan sekolahnya, jelas Aparajita, sangat penuh dan sibuk, karena ia tipe orang yang sangat aktif dan hampir setiap kegiatan diambil, dari olahraga hingga drama, dari ajang debat hingga menari. Ia bersekolah di Arunachal Pradesh, dan lulus dengan gelar kehormatan dari Universitas Lady Keane di Shillong. Baru setelah itu ia pindah ke Universitas Jawarhalal Nehru di New Delhi untuk gelar master jurusan Internasional. Gelar PhD di jurusan Politik Internasional memberinya landasan dalam sistem sosial, politik dan ekonmi dan bagaimana kebijakan dibuat. Sementara jurusan Jurnalisme dan bekerjaan dalam pembuatan film mengajarkan kepadanya tentang bagaimana menyampaikan pesan secara ringkas dan padat.
Bagi Aparajita, pemberdayaan perempuan adalah segalanya. Ia bermakna besar. “Pemberdayaan” adalah kata yang besar dan sering disalahgunakan saat orang mengatakan bahwa kami melakukan x atau y untuk memberdayakan perempuan atau para gadis. Pemberdayaan jarang sekali bisa terjadi dari luar. Pemberdayaan muncul dari dalam. Pemberdayaan akan terjadi saat perempuan di negeri kita mengambil keputusannya sendiri, ketika seroang gadis di negeri kita berjuang untuk bertahan hidup dan berkembang seperti saudara lelakinya, saat seorang gadis di negeri kita tidak dinikahkan secara paksa di usia remajanya, saat para gadis dan perempuan aman, dan saat perempuan tidak meninggal karena sudah ada tindakan pencegahan. Maka, pemberdayaan perempuan bisa terjadi lebih baik, dan perempuan bisa memiliki kekuatan politik, melek huruf dan memiliki status yang setara di masyarakat mereka, saat dimana suara mereka benar-benar didengar.
Dan yang terakhir, kata Aparajita, “Saya sangat senang bisa menjadi perempuan, karena saya bisa hidup sesuai dengan cara saya sendiri”
Tak terasa sudah satu jam berselang ya sahabat marsinah, semoga sahabat marsinah juga semakin memperhatikan kesehatan reproduksi kita, kaum perempuan. Saya, Dias, beserta kerabat marsinah mengucapkan undur diri, sampai jumpa minggu depan di waktu dan jam yang sama. Salam setara...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar