Perempuan Pelita
Edisi 13 Februari
2014
Salam setara
sahabat marsinah, bersua lagi bersama saya, Dias, bersama kerabat kerja marsinah
fm. Terimakasih masih setia mendengarkan marsinah 106 fm. Seperti biasa, saya
akan menemani sahabat marsinah selama 1 jam ke depan dalam rubric perempuan
pelita tiap kamis jam 7 sampai jam 8 malam. Perempuan pelita adalah rubric yang
menghadirkan sosok perempuan inspiratif yang ada di sekitar kita hingga penjuru
dunia. Malam ini, kita akan bertemu dengan sosok perempuan dari India yang
berjuang untuk kesehatan ibu agar tidak ada lagi kaum ibu yang meregang nyawa
kala melahirkan. Sebelum saya lanjut, kita nikmati dulu yuuk satu lagu asik
yang satu ini (lagu dan iklan)
Sosok perempuan
India berparas manis ini sekarang menjabat sebagai Direktur Eksekutif CEPDA
India dan Koordinator Nasional Aliansi Pita Putih untuk keselamatan ibu di
India. Aparajita Gogol, demikian nama yang melekat pada perempuan ini. Ia yakin
tentang pentingnya kesehatan ibu dan keyakinan itulah yang mendorongnya terus
berjuang untuk keselamatan ibu. Apalagi, di India, tingkat kematian ibu masih
tinggi, dan menjadi penyebab kematian terbesar perempuan.
Aparajita sendiri
terlahir di Assam, sebuah kota di India bagian timur - utara,
ia adalah satu-satunya anak perempuan dengan 4 saudara lelaki. Karena ia
satu-satunya anak perempuan, Aparajitaberlimpah kasih sayang. Tak sedikitpun
kekerasan hinggap di masa kecilnya, termasuk diskriminasi. Ada diskriminasi,
tapi diskriminasi yang positif, kata Aparajita. Yaitu perlakukan special dari
kedua orang tuanya. Ia terbiasa mengambil keputusan sendiri, pilihan sendiri. “tapi saya
tidak terisolasi dari ketidakadilan terhadap perempuan di India dan saya
ingin bekerja untuk sosial dan, mencoba berkontribusi untuk membuat India
menjadi tempat yang lebih baik bagi perempuan dan gadis India. Dan itulah yang
saya lakukan”.
India adalah negeri dimana banyak gadis terbunuh sebelum lahir. Selama tiga
dekade, 12 juta gadis meninggal sebelum terlahir. Di banyak bagian negeri
India, rasio seks menurun jauh dari 850 perempuan per 1000 lelaki. Yang
menyedihkan, banyak anak perempuan menikah di bawah usia 18 tahun. 1 dari 4
perempuan mengalami kekerasan dan perkosaan terjadi hampir setiap 22 menit.
India berkontribusi pada 19% kematian akibat proses melahirkan, satu perempuan
meninggal tiap 10 menit dalam kondisi hamil. Realita di atas mendorong Aparajitaberjuang
agar kematian perempuan, terutama angka kematian ibu. Agar negerinya menjadi
tempat yang lebih baik bagi perempuan dan para gadis. Karenanya ia mendirikan
CEPDA dan aliansi pita putih.
Namun, apa yang ia impikan belum menjadi kenyataan meski cukup memberi manfaat.
Masih sekitar 56 ribu perempuan mati melahirkan, setiap 10 menit. Mati
melahirkan di India berkontribusi pada 19% kematian perempuan di seluruh dunia. 70% kematian ini bisa dicegah
dan itulah yang dikerjakan oleh aliansi pita putih, sebuah aliansi untuk
mengadvokasi kesehatan ibu. Sudah 800 organisasi dan ratusan individu bergabung
dalam aliansi ini. Aliansi pita putih mencoba bekerja sama dengan pemerintah,media
dan individu-individu untuk memperbaiki kesehatan perempuan,
Menurut Aparajita, penyebab kematian perempuan beberapa diantaranya adalah
haermorrhage, anemia, macet persalinan, hipertensi, aborsi tidak aman, sepsis
dll, dan masih banyak faktor lainnya seperti keterbatasan layanan kesehatan
darurat, layanan KB yang minim. Namun, faktor paling menentukan adalah
terbatasnya akses terhadap kesehatan, kemiskinan, terbatasnya layanan kesehatan
perempuan. Juga, pengaruh sosial budaya seperti pernikahan dini. Pernikahan dini berakibat fatal pada
kesehatan reproduksi perempuan, separuh dari perempuan yang meninggal rata-rata
berusia muda. 36%nya karena malnutrisi dan 55% karena anemia.
Banyak tantangan bagi Aparajita dalam
memerangi kematian ibu. Negeri yang luas, beragam, persoalan yang kompleks,
terbatasnya sumber daya manusia, faktor sosial budaya tak sedikit menjadi
hambatan perjuangan. Namun, ia tidak berhenti. Bersama Aliansi pita putih, ia
terus maju. (Lagu dan iklan)
Selama apa yang dikerjakan adalah benar, tak perlu ragu. Bagi Aparajita,
apa yang dikerjakannya adalah upaya meningkatkan kapasitas rakyt untuk
menyuarakan haknya, menciptakan kesadarang dan membangun kesempatan bagi
perempuan di wilayah publik. Perempuan membutuhkan kesadaran lebih untuk
menggapai haknya dan layanan yang memadai. Karenanya dibutuhkan fokus yang
lebih pada isu pendidikan perempuan, kekerasan terhadap perempuan, KB (Keluarga
Berencana), dan nutrisi, yang semuanya berdampak pada kesehatan ibu. Aparajitaberujar
sangat sulit untuk menekankan pada isu yang spesifik, setiap hari ia dan
teman-temannya menghabiskan waktu di bidang ini setiap programnya menjangkau
perempuan dan lelaki mudah, setiap perempuan yang dijumpai, setiap momen dan
banyak lagi yang dikerjakan untuk isu ini.
Kini setelah lebih dari 10 tahun ia berjuang, ia semakin menguatkan
visinya, bagaimana India menjadi tempat yang ramah bagi perempuan dan para
gadis supaya bisa berdaya dan bisa menyadari hak-haknya, kesempatan dan
kesetaraan gender. Bersama organisasinya, CEPDA, ia memobilisai kaum perempuan
dan gadis untuk mencapai kesetaraan gender yang tercipta dalam keluarga yang
lebih kuat, komunitas yang lebih kuat dan rakyat yang lebih kuat. Aparajitamenginginkan
sebuah dunia, yang mana perempuan dan gadis bisa memenuhi mimpi mereka supaya
bebas dari kemiskinan, dan ketidakadilan, karenanya rakyat harus sadar.
Berdasarkan itulah, organisasi yang ia dirikan menyediakan program bagi kaum
muda baik lelaki maupun perempuan berupa pelatihan ketrampilan, peningkatan
kepercayaan diri dalam membuat keputusan pribadi. Aparajitamenambahkan,
partisipasi perempuan yang setara dalam pemerintahan dan kepemimpinan adalah
langkah maju dalam membangun Negara yang lebih kuat. Cepat atau lambat, ia
bersama organisasinya berbagi peran dengan komunitas perempuan untuk
memunculkan suara perempuan, memobilisasi advokasi untuk kebijakan public yang
lebih baik dan peningkatan partisipasi
politik perempuan.
Banyak pengalaman
berharga yang didapat Aparajitaselama memperjuangkan kesehatan perempuan. Semua
pengalaman itu menginspirasinya untuk terus melanjutkan lngkahnya, namun ada
satu pengalaman yang sangat membekas di hatinya. Kala itu, pertengahan tahun
90an, ia bekerja bersama sebuah organisasi yang memiliki misi untuk menciptakan
hidup yang berkelanjutan melalui pemberdayaan ekonomi perempuan. Saat itu ia
bertemu dengan seorang kru TV yang sedang menelusuri kehidupan seorang
perempuan di Bundelkhan yang bekerja di sebuah pabrik kertas daur ulang. “Kami bertemu dengannya saat ia sedang menjalani training dan kami pulang
bersama kru untuk memintanya wawancara dan ia menyanggupi”. Beberapa bulang
kemudian, ia bersama kru TV pergi ke rumahnya untuk berbicara lagi dengannya
namun ternyata perempuan itu sudah meninggal karena terkena anemia dan
henorhage saat melahirkan. “Bagi saya, waktu itu, yang masih muda, hal semacam
itu sangat sulit dimengerti, mengapa ini bisa terjadi padahal mestinya bisa
dicegah. Pengalaman itu kemudian membuat saya yakin untuk bekerja bagi
kesehatan perempuan di India.”
Soal
kesehatan adalah soal nyawa, bagi perempuan kesehatan itu bukan hanya soal
jiwanya tapi juga soal nyawa bayi, nyawa sebuah generasi. Lalu bagaimana kisah Aparajitaselanjutnya?
Kita simak deh, setelah satu lagu cantik ini ya sahabat marsinah, masih di
marsinah 106 fm, radio buruh perempuan untuk kesejahteraan dan kesetaraan.
Sebelum berkecimpung di gerakan kesehatan ibu dan anak, Aparajitamengenyam
pendidikan hingga tingkat universitas. Ia memilih jurusan Politik Internasional
di Universitas Jawaharlal Nehru dan berhasil meraih gelar PhD. Ia lalu
melanjutkan diploma pasca sarjana jurusan jurnalisme. Kehidupan sekolahnya,
jelas Aparajita, sangat penuh dan sibuk, karena ia tipe orang yang sangat aktif
dan hampir setiap kegiatan diambil, dari olahraga hingga drama, dari ajang
debat hingga menari. Ia bersekolah di Arunachal Pradesh, dan lulus dengan gelar
kehormatan dari Universitas Lady Keane di Shillong. Baru setelah itu ia pindah
ke Universitas Jawarhalal Nehru di New Delhi untuk gelar master jurusan
Internasional. Gelar PhD di jurusan Politik Internasional memberinya landasan
dalam sistem sosial, politik dan ekonmi dan bagaimana kebijakan dibuat.
Sementara jurusan Jurnalisme dan bekerjaan dalam pembuatan film mengajarkan
kepadanya tentang bagaimana menyampaikan pesan secara ringkas dan padat.
Bagi Aparajita, pemberdayaan perempuan adalah segalanya. Ia bermakna besar.
“Pemberdayaan” adalah kata yang besar dan sering disalahgunakan saat orang
mengatakan bahwa kami melakukan x atau y untuk memberdayakan perempuan atau
para gadis. Pemberdayaan jarang sekali bisa terjadi dari luar. Pemberdayaan
muncul dari dalam. Pemberdayaan akan terjadi saat perempuan di negeri kita
mengambil keputusannya sendiri, ketika seroang gadis di negeri kita berjuang
untuk bertahan hidup dan berkembang seperti saudara lelakinya, saat seorang
gadis di negeri kita tidak dinikahkan secara paksa di usia remajanya, saat para
gadis dan perempuan aman, dan saat perempuan tidak meninggal karena sudah ada
tindakan pencegahan. Maka, pemberdayaan perempuan bisa terjadi lebih baik, dan
perempuan bisa memiliki kekuatan politik, melek huruf dan memiliki status yang
setara di masyarakat mereka, saat dimana suara mereka benar-benar didengar.
Dan yang terakhir, kata Aparajita, “Saya sangat senang bisa menjadi
perempuan, karena saya bisa hidup sesuai dengan cara saya sendiri”
Tak terasa sudah satu jam berselang ya sahabat marsinah,
semoga sahabat marsinah juga semakin memperhatikan kesehatan reproduksi kita,
kaum perempuan. Saya, Dias, beserta kerabat marsinah mengucapkan undur diri,
sampai jumpa minggu depan di waktu dan jam yang sama. Salam setara...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar